PROSES
PERSALINAN DAN KELAHIRAN
Persalinan adalah proses
menipis dan membukanya leher rahim, yang diikuti oleh turunnya janin ke jalan
lahir, dan kemudian disusul oleh kelahiran, yaitu proses
keluarnya bayi dari rahim.
Biasanya,
ibu yang baru pertama kali melahirkan membutuhkan waktu lebih kurang 18 jam;
sementara yang sudah pernah melahirkan membutuhkan waktu sekitar 12 jam. Tentu
saja, perhitungan waktu ini hanyalah perkiraan karena setiap proses kelahiran
itu unik. setiap perempuan bisa mengalami hal yang berbeda.
Persalinan yang
dianggap normal adalah persalinan dengan beberapa kriteria, antara lain :
1.
Proses keluarnya bayi pada kehamilan cukup bulan, yaitu
antara 37-42 minggu. Jika bayi terpaksa lahir sebelum 37 minggu, hal ini
disebut persalinan prematur atau preterm. Jika bayi lahir di atas 42 minggu, hal ini disebut persalinan serotinus atau post-term.
2. Lahir
spontan, yaitu kelahiran dengan tenaga mengejan dari ibu, tanpa bantuan alat
apa pun, seperti vakum; dengan presentasi belakang kepala.
3. Prosesnya
berlangsung antara 12-18 jam.
4. Tidak ada
komplikasi atau masalah yang terjadi pada ibu maupun bayinya.
Ada tiga syarat yang perlu dipenuhi untuk persalinan spontan :
1. Passage/jalan lahir
Tulang panggul ibu cukup luas untuk
dilewati janin. Leher rahim membuka lengkap, sampai pembukaan 10 cm.
2. Power/tenaga
mengejan
Kontraksi atau rasa mulas terjadi
dengan sendirinya, tanpa obat. Ibu cukup kuat mengejan saat pembukaan telah
lengkap.
3.
Passenger/bayi
Kepala bayi ada di bawah, dengan presentasi belakang kepala. Taksiran berat janin normal (2.500-3.500 gram). Detak jantung janin
normal(120-160 bpm).
Dalam proses Persalinan, kita mengenal
empat kala, yaitu:
1. Kalla I atau fase
pembukaan
Fase ini dimulai dari
proses persalinan (pembukaan awal) sampai pembukaan lengkap, yaitu 10 cm.
Fase ini terbagi lagi menjadi dua fase yang disebut dengan:
·
Fase
laten : dimulainya pembukaan dari 0-3 cm
·
Fase
aktif : dimulainya pembukaan dari 3 cm sampai pembukaan lengkap (10 cm)
Pada fase ini akan
timbul kontraksi, mulai dari kontraksi yang paling kecil dan sebentar sampai
kontraksi yang makin kuat, sering, dan teratur. Kontraksi diawali dengan waktu
30 menit sampai 1 jam dari kontraksi pertama ke kontraksi berikutnya, sampai
kontraksi yang makin kuat dan lama dengan selang waktu kurang lebih 3-5 menit
selama 1-1,5 menit per kontraksinya.
Pada fase pembukaan
ini juga mulai terjadi penipisan 2 segmen bawah rahim, yang diikuti oleh
keluarnya lendir vang bercampur darah, sampai ke tahap terjadinya pembukaan
jalan lahir dan pecahnya ketuban. Proses persalinan yang normal dimulai dengan
keluarnya lendir tercampur darah, terbukanya jalan lahir, dan yang kemudian
diikuti oleh pecahnya ketuban. Jika proses ini berjalan terbalik (ketuban pecah
terlebih dahulu), persalinan itu dapat dikatakan tidak normal.
Untuk anak pertama,
proses terbukanya jalan lahir ini biasanya membutuhkan waktu lebih kurang satu
jam untuk mencapai pembukaan 1 cm. Sementara itu, untuk kelahiran anak kedua
dan seterusnya, biasanya dibutuhkan waktu lebih kurang satu jam untuk mencapai
pembukaan 2 cm. Namun, seperti yang sudah dijelaskan, bahwa setiap proses
kelahiran itu unik kadang kala pembukaan ini dapat terjadi lebih cepat atau malah
lebih lambat.
Air ketuban itu
sendiri sebenarnya berfungsi dalam pembukaan jalan lahir, terutama pada fase
pembukaan 0-6 cm. Namun, pada pembukaan di atas 6 cm pembukaan lebih
dititikberatkan pada daya dorong kepala bayi itu sendiri. Tentunya, kepala bayi
harus berada dalam posisi normal, yaitu kepala bayi masuk ke jalan lahir
terlebih dahulu. Ketika tanda-tanda persalinan telah tampak dan ibu telah
berada di ruang bersalm, biasanya ibu dan janinnya akan dipantau dengan alat
yang disebut CTG (cardio-tocographj). CTG digunakan untuk
mendeteksi denyut lantung janin, gerak janin, dan kontraksi rahim ibu yang
nantinya akan dicetak dalam bentuk grafik. Alat ini berguna untuk mendeteksi
kesejahteraan janin di dalam rahim (fetal wellbeing
monitoring).
2. Kala II atau
fase pengeluaran
Ini merupakan periode
antara tercapainya pembukaan lengkap sampai saat bayi lahir. Biasanya,
pada wanita yang baru pertama kali melahirkan, proses ini berlangsung lebih
kurang 2 jam, sedangkan pada wanita yang sudah pernah melahirkan berlangsung
sekitar 1 jam Namun, pada kenyataannya, proses ini berjalan lebih cepat
daripada perkiraan tersebut.Pada fase ini, normalnya kepala janin keluar
terlebih dahulu yang diikutii oleh bahu, dengan bantuan bidan atau dokter
sampai bayi keluar seutuhnya.
3. Kala III atau fase lahirnya plasenta
Fase ini terjadi setelah bayi dilahirkan. Proses lahirnya plasenta biasanya tidak lebih dari 30 menit. Jika plasenta
tidak segera keluar setelah kelahiran bayi, kemungkinan plasentanya menempel
pada dinding rahim sehingga harus dibantu dikeluarkan dengan tangan (manual placenta).
Setelah proses kelahiran selesai, rahim ibu akan mulai mengecil dengan
sendirinya. Proses pengecilan ini masih disertai oleh kontraksi sehingga ibu
masih akan merasa mulas kendati proses persalinan telah usai.
4. Kala IV atau
fase waspada
Ini adalah masa setelah ibu selesai bersalin. Biasanya, setelah bayi dan
plasenta keluar, ibu tidak langsung dibawa masuk kamar perawatan karena masih
perlu diobservasi atau dipantau di kamar bersalin. Waktu pemantauan ini
berlangsung sekitar 2 jam. Ini perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya
perdarahan setelah persalinan (postpartum bleeding). Kadang kala ada
ibu yang mengalami perdarahan lambat, yakni perdarahan yang baru terjadi 1-2
jam setelah bayi dan plasenta keluar.
Kontraksi Palsu
Kontraksi palsu
adalah kontraksi yang dapat terjadi pada rahim ibu pada usia kehamilan
trimester ketiga, tetapi ini bukanlah tanda-tanda persalinan. Kontraksi palsu
ini lazim disebut sebagai Braxton Hicks contractions. Kontraksi Braxton
Hicks merupakan pengencangan otot-otot rahim dalam persiapannya menuju proses
persalinan. Kontraksi palsu ini dapat terjadi selama lebih kurang 1 menit,
tetapi dapat segera hilang jika posisi tubuh diubah dan tidak terjadi dalam
trekuensi yang teratur. Tidak semua ibu mengalami kontraksi palsu ini. Bahkan,
kadang-kadang ada yang tidak merasakan datangnya kontraksi palsu ini sama
sekali.
Berikut ini adalah
perbedaan antara kontraksi Braxton Hicks dan kontraksi sejati:
BRAXTON HICKS
|
SEJATI
|
Tidak teratur
|
Teratur, makin sering dan lama
|
Berkurang dengan perubahan posisi
tubuh
|
Tidak terpengaruh
oleh perubahan posisi t
|
Frekuensi,
intensitas, dan interval makin berkurang
|
Disertai
keluarnya lendir bercampur darah
|
Tidak disertai
pembukaan jalan lahir
|
Berdampak pada
pembukaan jalan lahir
|
Bedah
Cesar
Bedah cesar yang kerap juga disebut "seksio
cesarea",
saat ini telah dikenal sebagai metode persalinan operatif. Kebanyakan cara ini
ditempuh akibat adanya hambatan vang dialami oleh janin maupun ibu sehingga
persalinan normal tidak mungkin dilakukan. Bedah cesar ini dilakukan dengan
membuat sayatan pada dinding perut {abdomen) dan dinding rahim ibu (uterus).
Beberapa penyebab yang umumnya
memerlukan bedah cesar, antara lain:
- Faktor Ibu
1. Disproporsi kepala janin dan panggul ibu
2. Disfungsi uterus (kontraksi rahim kurang memadai)
3. Distosia serviks (kekakuan leher rahim)
4. Plasenta previa (plasenta menutup jalan lahir)
5. Riwayat bedah cesar
6. Pre eklamsi-eklamsi (tekanan darah yang tinggi disertai kejang)
- Faktor Janin
1. Janin besar (> 3.500 gr)
2. Fetal distres atau stres janin (detak jantung bayi terganggu)
3. Kelainan letak (sungsang atau lintang)
Selain
faktor-faktor di atas, masih banyak faktor lain yang dapat membuat dokter
kandungan memutuskan untuk mengadakan bedah cesar pada ibu. Namun, saat inii
tidak sedikit bedah cesar yang dilakukan atas permintaan ibu yang tidak ingin
menjalani persalinan normal karena rasa takut dan berbagai alasan lain.
Bedah cesar bukannya tanpa risiko pada
ibu dan bayinya. Berikut adalah beberapa risiko yang mungkin dihadapi, di
antaranya:
1. Infeksi,
seperti infeksi rahim (endometritis), infeksi saluran kemih, atau infeksi pada
luka pembedahan
2. Waktu
perawatan yang lebih lama daripada kelahiran normal
3. Proses
penyembuhan yang lebih lama dibandingkan kelahiran normal
Perubahan Emosi Pasca-Persalinan
Perubahan emosi
pasca-persalinan atau, yang lebih dikenal dengan, postpartum blues banyak dialami oleh
wanita yang baru melahirkan. Ada yang mengalaminya dalam kadar yang cukup
berat, tetapi ada juga yang mengalaminya dalam kadar ringan.
Perubahan emosi pada
masa postpartum biasanya berkaitan dengan emosi yang dialami saat hamil.
Beberapa yang dirasakan antara lain:
·
Adanya
rasa senang karena bisa hamil dan memperoleh keturunan, tetapi perasaan ini
bercampur aduk dengan rasa takut, seperti khawatir akan kesehatan anak
yang dikandung, cemas akan proses persalinan atau adanya komplikasi, dan
sebagainya
·
Rasa
tak nyaman saat hamil karena perut yang makin besar dan perubahan bentuk tubuh
yang makin kentara
·
Menjadi
lebih sensitif karena adanya perubahan emosi akibat perubahan hormon
·
Rasa
sedih dan bingung yang biasanya dipicu oleh perubahan pada tubuh, seperti kulit
yang menghitam, lemak yang berlebih, dan sebagainya
·
Menjadi
lebih mudah menangis tanpa sebab yang jelas
·
Sulit
tidur
·
Mencemaskan
perawatan anak, khususnya pada pengalaman anak pertama
·
Takut
terlihat tidak menarik lagi
Gangguan emosi postpartum ini bergradasi dari yang paling ringan sampai
yang paling berat. Berikut pembahasan mengenai perubahan emosi postpartum, dari
kadar yang paling ringan:
a. Maternity Blues
atau Postpartum Blues
Gangguan emosi
postpartum yang paling ringan dikenal dalam beberapa nama, yakni maternity blues,
postpartum blues,
atau baby blues. Bagi sebagian besar
ibu, ini merupakan masa peralihan pada minggu pertama setelah melahirkan.
Berikut adalah
beberapa ciri baby blues:
Ø
Rasa
bahagia masih lebih dominan, walaupun mengalami rasa sedih atau baby blues
Ø
Emosi
labil yang disertai beberapa keadaan, seperti sulit tidur, cemas, depresi,
konsentrasi menurun, sensitif, mudah menangis, dsb
Ø
Gejalanya ringan dan dapat segera hilang dalam beberapa
hari
Ø
Membutuhkan
dukungan keluarga
Ø
Disebabkan
oleh faktor perubahan hormonal
Cara menghindari dan menghadapi baby blues yang bisa Anda, para ibu, coba:
§
Curahkan
isi hati kepada pasangan atau sahabat.
§
Usahakan
lebih banyak istirahat. Walaupun harus bangun pada malam hari, tetapi jika bayi
tidur pada siang hari, ibu pun perlu ikut beristirahat.
§
Jangan ragu untuk meminta bantuan kepada suami, teman,
ataupun keluarga.
§
Luangkan
waktu untuk diri sendiri, manjakan diri dengan relaksasi, pijat, atau apa pun
yang dapat menghibur diri.
§
Pergilah
berjalan-jalan sendirian atau dengan teman.
§
Berkumpulah
untuk saling berbagi pengalaman dengan sesama ibu yang mengalami baby blues.
Bila baby blues
berlangsung lebih dari dua minggu, berhati-hatilah, sebab itu merupakan gejala
ibu telah masuk dalam postpartum depression.
b. Postpartum
Depression
Gejala perubahan
emosi postpartum yang lebih berat ini muncul pada minggu ketiga setelah ibu
melahirkan. Berdasarkan statistik, postpartum depression terjadi pada
1 dari 8 ibu yang melahirkan. Biasanya, depresi postpartum ini berhubungan dengan depresi
kehamilan, seperti:
- Menikah pada usia muda
- Anak yang tak berayah (baru bercerai atau ditinggal oleh ayahnya)
- Ibu perokok
- Ibu pengguna narkoba
- Ibu mengalami mual-muntah yang berlebihan (hyperemesis gravidarum) saat hamil
- Gangguan perilaku yang sudah ada sebelumnya pada ibu
- Telah mengalami baby blues sebelumnya (85% ibu yang menderita depresi postpartum sebelumnya telah menderita baby blues)
Beberapa cara menghadapi
kondisi depresi postpartum:
§
Dibiarkan
sembuh sendiri dalam jangka waktu 6 bulan (menurut statistik hal ini bisa
dilakukan)
§
Mencoba
terapi obat, seperti obat antidepresi
§
Waspada
bila timbul keinginan untuk bunuh diri atau membunuh si anak
c. Postpartum Psychosis
Postpartum psychosis adalah kondisi yang paling berat tingkatannya di antara semua gejala postpartum. Ciri-ciri yang mungkin tampak antara lain:
- Timbul pada masa dua minggu setelah melahirkan
- Merupakan gangguan mental atau gangguan jiwa yang berat
- Ibu tampak bingung dan kehilangan arah
- Perlunya perawatan
di rumah sakit khusus dan pemberian obat antipsikotik sekaligus konseling
psikologis jangka panjang
- Ibu yang ingin bunuh diri atau membunuh anaknya
Ada beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasii perubahan emosi ini :
Ada beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasii perubahan emosi ini :
- Melakukan antisipasi sejak awal bagi diri sendiri. Contohnya, ibu perlu mensyukuri kehamilan tersebut sebagai anugerah yang Tuhan berikan, alih-alih memandangnya sebagai beban.
- Mengenali tanda-tanda dan gejalanya.
- Menciptakan suasana yang nyaman dan tenteram bagi ibu.
Keseimbangan
Tubuh-Pikiran Semasa Hamil
Keseimbangan antara rubuh dan pikiran
dibutuhkan untuk mencapai kondisi sehat secara psikologis. Ketika kesehatan psikologis tercapai, secara otomatis tubuh kita akan
menjadi lebih sehat. Namun, kaum ibu perlu berusaha lebih keras untuk mencapai keseimbangan ini
karena, saat hamil, perubahan hormon yang terjadi biasanya memengaruhi kondisi
jiwa dan pikiran ibu. Dan,
demi janin yang ada dalam kandungan, ibu harus senantiasa memelihara
keseimbangan ini. Depresi dan ketidakseimbangan
pikiran
dapat dirasakan oleh bayi dalam kandungan dan dapat berpengaruh pada
perkembangannya.
Saat hamil, kondisi hormon cenderung
menciptakan ketidakstabilan tubuh dan pikiran sehingga ibu menjadi lebih mudah
panik, mudah tersinggung, jauh lebih sensitif, mudah terpengaruh, cepat marah,
menjadi tidak rasional, dan sebagainya. Dengan kondisi seperti ini, biasanya
ibu akan berusaha mencari tahu seperti apa pengalaman bersalin
ibu yang lain. Ketika hampir semua orang merasakan
sakit saat melahirkan dan sayangnya, pesan inilah yang ditangkap para ibu ditambah
lagi mitos-mitos tentang persalinan yang menakutkan, tak heran bila banyak ibu
merasa khawatir. Akibatnya, kesehatan tubuh terganggu dan janinlah yang kena
getahnya. Ini bagaikan lingkaran setan dengan reaksi berantainya (chain
reaction). Karena itu, ibu harus menyempatkan diri memelihara keselarasan
pikiran dan tubuh lewat relaksasi.
Dari semua penjelasan di atas, kita
bisa menarik kesimpulan bahwa rasa takut dan panik berdampak negatif pada ibu
sejak masa kehamilan sampai persalinan. Dan, sebaliknya,
rasa tenang dan nyaman memberikan pengaruh yang positif. Pengaruh positif ini
tidak hanya akan dirasakan oleh ibu dan bayi dalam kandungannya, tetapi juga
oleh lingkungan sekitarnya, terutama keluarga. Terlebih lagi, rasa tenang akan
membuat ibu tidak begitu merasa sakit saat bersalin karena tubuh dan pikiran
yang tenang mendorong kesehatan aura dan memancarkan aura yang positif.
Itulah sebabnya
keseimbangan tubuh-pikiran harus selalu terpelihara, khususnya pada ibu hamil.
Karena, tubuh dan pikiran kita akan mencapai kondisi yang sangat sehat dan
optimal ketika keduanya bekerja sama secara seimbang dan selaras. Pada ibu
hamil, keselarasan ini akan mengarah pada kehamilan dan persalinan yang tenang
dan membahagiakan.
Relaksasi Saat Melahirkan
·
Relaksasi adalah teknik untuk mencapai kondisi rileks.
Maksudnya ketika seluruh sistem saraf, organ tubuh, dan pancaindra kita
beristirahat untuk melepaskan ketegangan yang ada, kita pada dasarnya tetap
sadar. Sejauh ini, relaksasi juga digunakan dalam manajemen stres, yakni
sejenis terapi penanganan kegangguan mental untuk menjauhkan tubuh dan pikiran
dan stimulasi luar. Relaksasi dapat tercapai lewat hipnosis, meditasi yoga, dan
beberapa bentuk latihan yang ada hubungannya dengan penjejakan pikiran.
·
Peranan relaksasi menjadi makin penting pada saat ini
karena banyak ibu takut untuk melahirkan secara normal dan hanya sebagian kecil
yang tidak. Rasa takut ini khususnya dipicu oleh cerita-cerita tentang sulitnya
bersalin rasa nyeri yang hebat, atau adanya faktor penyulit atau komplilasi.
Sayangnya, rasa takut hanya akan memicu stres yang kemudian tertanam pada alam
bawah sadar kita. Kita lupa bahWa persalinan adalah suatu
hal yang paling alami di dunia ini.
·
Relaksasi tidak sulit untuk dipelajari, bahkan sebenarnya
sangat mudah, karena tidak memerlukan obat atau mantra apa pun, dan sang ibu
tetap sadar.
·
Kita perlu tahu cara mengendalikan otot-otot rahim, cara
membuat otot-otot ini lebih rileks, sehingga ibu hamil tak perlu merasakan
nyeri tambahan saat melahirkan. Kita bisa melatihnya dan dengan cara ini, tidak
memberikan ketegangan tambahan pada otot. Latihan yang kita perlukan adalah
latihan yang akan merilekskan proses kontraksi dan menyelaraskannya dengan
sistem otot tubuh dan pikiran.
Seni Bernapas Saat Bersalin
Menjelang masa
persalinan, banyak ibu yang telah berlatih pernapasan. Namun, masih ada
sebagian kecil ibu yang tidak tahu pentingnya cara bernapas dalam proses
persalinan. Dan, meskipun banyak yang telah melatihnya, kadang kala
mereka lupa dan gagal menerapkan cara bernapas yang baik saat bersalin.
Selain itu, saat
melahirkan, biasanya ibu menghasilkan banyak karbondioksida di dalam aliran
darahnya, yang mengurangi pasokan oksigen untuk bayi.
Jadi, sekarang
kita tahu bahwa bernapas secara teratur dan rileks bukan hanya akan
menghasilkan proses persalinan yang nyaman, tetapi juga meningkatkan pasokan
oksigen bagi bayi. Dengan demikian, kita sebaiknya tidak mengabaikan dampak
negatif yang timbul dari rasa panik dan stres, seperti turunnya kadar oksigen
dalam darah, saat persalinan sedang berlangsung.
Cara bernapas benar-benar berkaitan langsung dengan
pengaturan kondisi tubuh ibu yang sedang bersalin. Jika ibu sanggup
menyelaraskan kontraksi rahim dengan pernapasan yang teratur, tak pelak lagi ia
akan dapat merasakan kebahagiaan dan kenyamanan saat melahirkan.
Sayangnya, banyak
ibu hamil yang berpikir bahwa proses kelahiran itu sekadar proses mengejan dan
mendorong bayi keluar sehingga hanya dua hal inilah yang terus-menerus menjadi
pusat perhatian. Padahal, cara bernapas juga berpengaruh besar bagi
lancarnya proses kelahiran.
Seperti yang
sebagian ibu telah ketahui, pada tahap akhir pembukaan lengkap biasanya timbul
kontraksi yang sangat kuat. Tepat di sinilah para ibu akan memetik hasil
latihan pernapasan mereka. Setelah menjalani latihan ritme dan sinkronisasi
pernapasan, bukan tidak mungkin proses kelahiran buah hati Anda akan berjalan
mulus.
Rasa sakit itu,
jangan ditahan. Setiap kali rasa sakit itu datang, sambutlah dengan pernapasan
yang teratur dan pikirkan keadaan-keadaan yang dapat menenangkan Anda.
Pernapasan yang teratur akan mencukupkan pasokan oksigen bagi ibu dan bayinya.
Rasanya tidak berlebihan bila hal ini kembali dibahas, mengingat
pentingnya hal ini sementara banyak wanita yang tanpa disadari bernapas
pendek-pendek dan cepat saat sedang bersalin. Barangkali pada saat itu hanya
separuh dada atas yang terisi oksigen, padanal bayi di dalam kandungan
mendapatkan oksigennya dari darah ibu. Belum lagi, selama persalinan otot-otot
rahim berkontraksi dengan kuat sehingga dibutuhkan lebih banyak oksigen
daripada biasanya. Tak heran, kekurangan oksigen akan membuat detak jantung ibu
berpacu lebih cepat, segera kehabisan napas, dan cepat lelah.
Jadi, jelaslah
bahwa ibu yang sedang melahirkan sebaiknya tidak menahan napas untuk menahan
nyeri kontraksi. Untuk itu, kita perlu melatih pernapasan agar kita mampu
bernapas teratur kendati pendek-pendek, dan mampu mengembuskan napas panjang
dan dalam pada akhirnya setiap kontraksi, guna mengompensasi napas pendek kita
lakukan saat kontraksi kuat datang. Manfaat pernapasan yang teratur tak hanya
terbatas pada ketahanan yang lebih baik,tetapi juga membuat ibu tidak mudah
panik dan lebih mampu berkonsentrasi pada keteraturan pernapasannya. Pernapasan itu sendm berkaitan erat dengan emosi, rasa takut, frustrasi, atau bahkan kemarahan. Jadi, jika emosi kita
mulai tidak stabil, bernapaslah dengan teratur untuk menenangkan diri.
Hipnosis untuk Persalinan (HypnoBirthing)
Semua perempuan di dunia ini tumbuh
dengan pengetahuan bahwa melahirkan itu amat menyakitkan. Dan, itu memang
benar. Melahirkan memang merupakan proses yang dari sananya menyakitkan.
Sayangnya, banyak perempuan yang merasa sakit lebih parah daripada seharusnya
karena terpengaruh oleh rasa panik dan stres. Hal ini lazim dikenal sebagai
konsep rasa takut-tegang-nyeri (fear-tension-pain
concept),
yakni rasa takut yang memicu ketegangan/kepanikan yang membuat otot-otot kaku,
dan akhirnya menyebabkan rasa sakit. Bayangkan suatu persalinan dengan rasa
sakit yang minimal atau bahkan tanpa rasa sakit. Itu bukanlah hal yang
tidak mungkin apabila kita telah melatih relaksasi HypnoBirthing.
HypnoBirthing merupakan metode
alami yang digunakan untuk menghilangkan rasa takut, panik, tegang, dan
tekanan-tekanan lain yang menghantui ibu dalam proses persalinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar