selamat datang di blog liyaliyameiliya

Jumat, 03 Mei 2013

PROSES PERSALINAN DAN KELAHIRAN



PROSES PERSALINAN DAN KELAHIRAN


Persalinan adalah proses menipis dan membukanya leher rahim, yang diikuti oleh turunnya janin ke jalan lahir, dan kemudian disusul oleh kelahiran, yaitu  proses keluarnya bayi dari rahim.
Biasanya, ibu yang baru pertama kali melahirkan membutuhkan waktu lebih kurang 18 jam; sementara yang sudah pernah melahirkan membutuhkan waktu sekitar 12 jam. Tentu saja, perhitungan waktu ini hanyalah perkiraan karena setiap proses kelahiran itu unik. setiap perempuan bisa mengalami hal yang berbeda.


Persalinan yang dianggap normal adalah persalinan dengan beberapa kriteria, antara lain :
1.      Proses keluarnya bayi pada kehamilan cukup bulan, yaitu antara 37-42 minggu. Jika bayi terpaksa lahir sebelum 37 minggu, hal ini disebut persalinan prematur atau preterm. Jika bayi lahir di atas 42 minggu, hal ini disebut persalinan serotinus atau post-term.
2.  Lahir spontan, yaitu kelahiran dengan tenaga mengejan dari ibu, tanpa bantuan alat apa pun, seperti vakum; dengan presentasi belakang kepala.
3.  Prosesnya berlangsung antara 12-18 jam.
4.  Tidak ada komplikasi atau masalah yang terjadi pada ibu maupun bayinya.

Ada tiga syarat yang perlu dipenuhi untuk persalinan spontan :


          1.  Passage/jalan lahir
Tulang panggul ibu cukup luas untuk dilewati janin. Leher rahim membuka lengkap, sampai pembukaan 10 cm.
2.  Power/tenaga mengejan
Kontraksi atau rasa mulas terjadi dengan sendirinya, tanpa obat. Ibu cukup kuat mengejan saat pembukaan telah lengkap.
3.  Passenger/bayi
Kepala bayi ada di bawah, dengan presentasi belakang kepala. Taksiran berat janin normal (2.500-3.500 gram). Detak jantung janin normal(120-160 bpm).
Dalam proses Persalinan, kita mengenal empat kala, yaitu:
1.      Kalla I atau fase pembukaan
Fase ini dimulai dari proses persalinan (pembukaan awal) sampai pembukaan lengkap, yaitu 10 cm.
Fase ini terbagi lagi menjadi dua fase yang disebut dengan:
·         Fase laten : dimulainya pembukaan dari 0-3 cm
·         Fase aktif : dimulainya pembukaan dari 3 cm sampai pembukaan  lengkap (10 cm)
Pada fase ini akan timbul kontraksi, mulai dari kontraksi yang paling kecil dan sebentar sampai kontraksi yang makin kuat, sering, dan teratur. Kontraksi diawali dengan waktu 30 menit sampai 1 jam dari kontraksi pertama ke kontraksi berikutnya, sampai kontraksi yang makin kuat dan lama dengan selang waktu kurang lebih 3-5 menit selama 1-1,5 menit per kontraksinya.
Pada fase pembukaan ini juga mulai terjadi penipisan 2 segmen bawah rahim, yang diikuti oleh keluarnya lendir vang bercampur darah, sampai ke tahap terjadinya pembukaan jalan lahir dan pecahnya ketuban. Proses persalinan yang normal dimulai dengan keluarnya lendir tercampur darah, terbukanya jalan lahir, dan yang kemudian diikuti oleh pecahnya ketuban. Jika proses ini berjalan terbalik (ketuban pecah terlebih dahulu), persalinan itu dapat dikatakan tidak normal.
Untuk anak pertama, proses terbukanya jalan lahir ini biasanya membutuhkan waktu lebih kurang satu jam untuk mencapai pembukaan 1 cm. Sementara itu, untuk kelahiran anak kedua dan seterusnya, biasanya dibutuhkan waktu lebih kurang satu jam untuk mencapai pembukaan 2 cm. Namun, seperti yang sudah dijelaskan, bahwa setiap proses kelahiran itu unik kadang kala pembukaan ini dapat terjadi lebih cepat atau malah lebih lambat.
Air ketuban itu sendiri sebenarnya berfungsi dalam pembukaan jalan lahir, terutama pada fase pembukaan 0-6 cm. Namun, pada pembukaan di atas 6 cm pembukaan lebih dititikberatkan pada daya dorong kepala bayi itu sendiri. Tentunya, kepala bayi harus berada dalam posisi normal, yaitu kepala bayi masuk ke jalan lahir terlebih dahulu. Ketika tanda-tanda persalinan telah tampak dan ibu telah berada di ruang bersalm, biasanya ibu dan janinnya akan dipantau dengan alat yang disebut CTG (cardio-tocographj). CTG digunakan untuk mendeteksi denyut lantung janin, gerak janin, dan kontraksi rahim ibu yang nantinya akan dicetak dalam bentuk grafik. Alat ini berguna untuk mendeteksi kesejahteraan janin di dalam rahim  (fetal wellbeing monitoring).
2.  Kala II atau fase pengeluaran
Ini merupakan periode antara tercapainya pembukaan lengkap sampai saat bayi  lahir. Biasanya, pada wanita yang baru pertama kali melahirkan, proses ini berlangsung lebih kurang 2 jam, sedangkan pada wanita yang sudah pernah melahirkan berlangsung sekitar 1 jam Namun, pada kenyataannya, proses ini berjalan lebih cepat daripada perkiraan tersebut.Pada fase ini, normalnya kepala janin keluar terlebih dahulu yang diikutii oleh bahu, dengan bantuan bidan atau dokter sampai bayi keluar seutuhnya.
3.  Kala III atau fase lahirnya plasenta
Fase ini terjadi setelah bayi dilahirkan. Proses lahirnya plasenta biasanya tidak lebih dari 30 menit. Jika plasenta tidak segera keluar setelah kelahiran bayi, kemungkinan plasentanya menempel pada dinding rahim sehingga harus dibantu dikeluarkan dengan tangan (manual placenta).
Setelah proses kelahiran selesai, rahim ibu akan mulai mengecil dengan sendirinya. Proses pengecilan ini masih disertai oleh kontraksi sehingga ibu masih akan merasa mulas kendati proses persalinan telah usai.
4.  Kala IV atau fase waspada
Ini adalah masa setelah ibu selesai bersalin. Biasanya, setelah bayi dan plasenta keluar, ibu tidak langsung dibawa masuk kamar perawatan karena masih perlu diobservasi atau dipantau di kamar bersalin. Waktu pemantauan ini berlangsung sekitar 2 jam. Ini perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan setelah persalinan (postpartum bleeding). Kadang kala ada ibu yang mengalami perdarahan lambat, yakni perdarahan yang baru terjadi 1-2 jam setelah bayi dan plasenta keluar.

Kontraksi Palsu
Kontraksi palsu adalah kontraksi yang dapat terjadi pada rahim ibu pada usia kehamilan trimester ketiga, tetapi ini bukanlah tanda-tanda persalinan. Kontraksi palsu ini lazim disebut sebagai Braxton Hicks contractions. Kontraksi Braxton Hicks merupakan pengencangan otot-otot rahim dalam persiapannya menuju proses persalinan. Kontraksi palsu ini dapat terjadi selama lebih kurang 1 menit, tetapi dapat segera hilang jika posisi tubuh diubah dan tidak terjadi dalam trekuensi yang teratur. Tidak semua ibu mengalami kontraksi palsu ini. Bahkan, kadang-kadang ada yang tidak merasakan datangnya kontraksi palsu ini sama sekali.
   Berikut ini adalah perbedaan antara kontraksi Braxton Hicks dan kontraksi sejati:
BRAXTON HICKS   
SEJATI
Tidak teratur
     Teratur, makin sering dan lama
Berkurang dengan perubahan posisi tubuh
Tidak terpengaruh oleh perubahan posisi t
Frekuensi, intensitas, dan interval makin berkurang
Disertai keluarnya lendir bercampur darah
Tidak disertai pembukaan jalan lahir
Berdampak pada pembukaan jalan lahir
         

Bedah Cesar
Bedah cesar yang kerap juga disebut "seksio cesarea", saat ini telah dikenal sebagai metode persalinan operatif. Kebanyakan cara ini ditempuh akibat adanya hambatan vang dialami oleh janin maupun ibu sehingga persalinan normal tidak mungkin dilakukan. Bedah cesar ini dilakukan dengan membuat sayatan pada dinding perut {abdomen) dan dinding rahim ibu (uterus).
Beberapa penyebab yang umumnya memerlukan bedah cesar, antara lain:
          - Faktor Ibu
            1. Disproporsi kepala janin dan panggul ibu
            2. Disfungsi uterus (kontraksi rahim kurang memadai)
            3. Distosia serviks (kekakuan leher rahim)
            4. Plasenta previa (plasenta menutup jalan lahir)
            5. Riwayat bedah cesar
            6. Pre eklamsi-eklamsi (tekanan darah yang tinggi disertai kejang)
          - Faktor Janin
            1. Janin besar (> 3.500 gr)
            2. Fetal distres atau stres janin (detak jantung bayi terganggu)
            3. Kelainan letak (sungsang atau lintang)
Selain faktor-faktor di atas, masih banyak faktor lain yang dapat membuat dokter kandungan memutuskan untuk mengadakan bedah cesar pada ibu. Namun, saat inii tidak sedikit bedah cesar yang dilakukan atas permintaan ibu yang tidak ingin menjalani persalinan normal karena rasa takut dan berbagai alasan lain.
Bedah cesar bukannya tanpa risiko pada ibu dan bayinya. Berikut adalah beberapa risiko yang mungkin dihadapi, di antaranya:
1.  Infeksi, seperti infeksi rahim (endometritis), infeksi saluran kemih, atau infeksi pada luka pembedahan
2.  Waktu perawatan yang lebih lama daripada kelahiran normal
3.  Proses penyembuhan yang lebih lama dibandingkan kelahiran normal
Perubahan Emosi Pasca-Persalinan
Perubahan emosi pasca-persalinan atau, yang lebih dikenal dengan, postpartum blues banyak dialami oleh wanita yang baru melahirkan. Ada yang mengalaminya dalam kadar yang cukup berat, tetapi ada juga yang mengalaminya dalam kadar ringan.
Perubahan emosi pada masa postpartum biasanya berkaitan dengan emosi yang dialami saat hamil. Beberapa yang dirasakan antara lain:
·   Adanya rasa senang karena bisa hamil dan memperoleh keturunan, tetapi perasaan ini bercampur aduk dengan rasa takut, seperti khawatir akan  kesehatan anak yang dikandung, cemas akan proses persalinan atau adanya komplikasi, dan sebagainya
·   Rasa tak nyaman saat hamil karena perut yang makin besar dan perubahan bentuk tubuh yang makin kentara
·   Menjadi lebih sensitif karena adanya perubahan emosi akibat perubahan hormon
·   Rasa sedih dan bingung yang biasanya dipicu oleh perubahan pada tubuh, seperti kulit yang menghitam, lemak yang berlebih, dan sebagainya
·   Menjadi lebih mudah menangis tanpa sebab yang jelas
·   Sulit tidur
·   Mencemaskan perawatan anak, khususnya pada pengalaman anak pertama
·   Takut terlihat tidak menarik lagi
Gangguan emosi postpartum ini bergradasi dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Berikut pembahasan mengenai perubahan emosi postpartum, dari kadar yang paling ringan:
a. Maternity Blues atau Postpartum Blues
Gangguan emosi postpartum yang paling ringan dikenal dalam beberapa nama, yakni maternity blues, postpartum blues, atau baby blues. Bagi sebagian besar ibu, ini merupakan masa peralihan pada minggu pertama setelah melahirkan.
Berikut adalah beberapa ciri baby blues:
Ø       Rasa bahagia masih lebih dominan, walaupun mengalami rasa sedih atau baby blues
Ø       Emosi labil yang disertai beberapa keadaan, seperti sulit tidur, cemas, depresi, konsentrasi menurun, sensitif, mudah menangis, dsb
Ø       Gejalanya ringan dan dapat segera hilang dalam beberapa hari
Ø       Membutuhkan dukungan keluarga
Ø       Disebabkan oleh faktor perubahan hormonal
Cara menghindari dan menghadapi baby blues yang bisa Anda, para ibu, coba:
§         Curahkan isi hati kepada pasangan atau sahabat.
§         Usahakan lebih banyak istirahat. Walaupun harus bangun pada malam hari, tetapi jika bayi tidur pada siang hari, ibu pun perlu ikut beristirahat.
§         Jangan ragu untuk meminta bantuan kepada suami, teman, ataupun keluarga.
§         Luangkan waktu untuk diri sendiri, manjakan diri dengan relaksasi, pijat, atau apa pun yang dapat menghibur diri.
§         Pergilah berjalan-jalan sendirian atau dengan teman.
§         Berkumpulah untuk saling berbagi pengalaman dengan sesama ibu yang mengalami baby blues.
Bila baby blues berlangsung lebih dari dua minggu, berhati-hatilah, sebab itu merupakan gejala ibu telah masuk dalam postpartum depression.
b. Postpartum Depression
Gejala perubahan emosi postpartum yang lebih berat ini muncul pada minggu ketiga setelah ibu melahirkan. Berdasarkan statistik, postpartum depression terjadi pada 1 dari 8 ibu yang melahirkan. Biasanya, depresi postpartum ini berhubungan dengan depresi kehamilan, seperti:
  • Menikah pada usia muda
  • Anak yang tak berayah (baru bercerai atau ditinggal oleh ayahnya)
  • Ibu perokok
  • Ibu pengguna narkoba
  • Ibu mengalami mual-muntah yang berlebihan (hyperemesis gravidarum) saat hamil
  • Gangguan perilaku yang sudah ada sebelumnya pada ibu
  • Telah mengalami baby blues sebelumnya (85% ibu yang menderita depresi postpartum sebelumnya telah menderita baby blues)
Beberapa cara menghadapi kondisi depresi postpartum:
§         Dibiarkan sembuh sendiri dalam jangka waktu 6 bulan (menurut statistik hal ini bisa dilakukan)
§         Mencoba terapi obat, seperti obat antidepresi
§         Waspada bila timbul keinginan untuk bunuh diri atau membunuh si anak

c. Postpartum Psychosis

Postpartum psychosis adalah kondisi yang paling berat tingkatannya di antara semua gejala postpartum. Ciri-ciri yang mungkin tampak antara lain:
                   - Timbul pada masa dua minggu setelah melahirkan
                   - Merupakan gangguan mental atau gangguan jiwa yang berat
                   - Ibu tampak bingung dan kehilangan arah
                   - Perlunya perawatan di rumah sakit khusus dan pemberian obat  antipsikotik sekaligus konseling psikologis jangka panjang
                   - Ibu yang ingin bunuh diri atau membunuh anaknya


Ada beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasii perubahan emosi ini :
  • Melakukan antisipasi sejak awal bagi diri sendiri. Contohnya, ibu perlu mensyukuri kehamilan tersebut sebagai anugerah yang Tuhan berikan, alih-alih memandangnya sebagai beban.
  • Mengenali tanda-tanda dan gejalanya.
  • Menciptakan suasana yang nyaman dan tenteram bagi ibu. 
Keseimbangan Tubuh-Pikiran Semasa Hamil
Keseimbangan antara rubuh dan pikiran dibutuhkan untuk mencapai kondisi sehat secara psikologis. Ketika kesehatan psikologis tercapai, secara otomatis tubuh kita akan menjadi lebih sehat. Namun, kaum ibu perlu berusaha lebih keras untuk mencapai keseimbangan ini karena, saat hamil, perubahan hormon yang terjadi biasanya memengaruhi kondisi jiwa dan pikiran ibu. Dan, demi janin yang ada dalam kandungan, ibu harus senantiasa memelihara keseimbangan ini. Depresi dan ketidakseimbangan pikiran dapat dirasakan oleh bayi dalam kandungan dan dapat berpengaruh pada perkembangannya.
Saat hamil, kondisi hormon cenderung menciptakan ketidakstabilan tubuh dan pikiran sehingga ibu menjadi lebih mudah panik, mudah tersinggung, jauh lebih sensitif, mudah terpengaruh, cepat marah, menjadi tidak rasional, dan sebagainya. Dengan kondisi seperti ini, biasanya ibu akan berusaha mencari tahu seperti apa pengalaman bersalin ibu yang lain. Ketika hampir semua orang merasakan sakit saat melahirkan dan sayangnya, pesan inilah yang ditangkap para ibu ditambah lagi mitos-mitos tentang persalinan yang menakutkan, tak heran bila banyak ibu merasa khawatir. Akibatnya, kesehatan tubuh terganggu dan janinlah yang kena getahnya. Ini bagaikan lingkaran setan dengan reaksi berantainya (chain reaction). Karena itu, ibu harus menyempatkan diri memelihara keselarasan pikiran dan tubuh lewat relaksasi.
Dari semua penjelasan di atas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa rasa takut dan panik berdampak negatif pada ibu sejak masa kehamilan sampai persalinan. Dan, sebaliknya, rasa tenang dan nyaman memberikan pengaruh yang positif. Pengaruh positif ini tidak hanya akan dirasakan oleh ibu dan bayi dalam kandungannya, tetapi juga oleh lingkungan sekitarnya, terutama keluarga. Terlebih lagi, rasa tenang akan membuat ibu tidak begitu merasa sakit saat bersalin karena tubuh dan pikiran yang tenang mendorong kesehatan aura dan memancarkan aura yang positif.
Itulah sebabnya keseimbangan tubuh-pikiran harus selalu terpelihara, khususnya pada ibu hamil. Karena, tubuh dan pikiran kita akan mencapai kondisi yang sangat sehat dan optimal ketika keduanya bekerja sama secara seimbang dan selaras. Pada ibu hamil, keselarasan ini akan mengarah pada kehamilan dan persalinan yang tenang dan membahagiakan.
Relaksasi Saat Melahirkan
·         Relaksasi adalah teknik untuk mencapai kondisi rileks. Maksudnya ketika seluruh sistem saraf, organ tubuh, dan pancaindra kita beristirahat untuk melepaskan ketegangan yang ada, kita pada dasarnya tetap sadar. Sejauh ini, relaksasi juga digunakan dalam manajemen stres, yakni sejenis terapi penanganan kegangguan mental untuk menjauhkan tubuh dan pikiran dan stimulasi luar. Relaksasi dapat tercapai lewat hipnosis, meditasi yoga, dan beberapa bentuk latihan yang ada hubungannya dengan penjejakan pikiran.
·         Peranan relaksasi menjadi makin penting pada saat ini karena banyak ibu takut untuk melahirkan secara normal dan hanya sebagian kecil yang tidak. Rasa takut ini khususnya dipicu oleh cerita-cerita tentang sulitnya bersalin rasa nyeri yang hebat, atau adanya faktor penyulit atau komplilasi. Sayangnya, rasa takut hanya akan memicu stres yang kemudian tertanam pada alam bawah sadar kita. Kita lupa bahWa persalinan adalah suatu hal  yang paling alami di dunia ini.
·         Relaksasi tidak sulit untuk dipelajari, bahkan sebenarnya sangat mudah, karena tidak memerlukan obat atau mantra apa pun, dan sang ibu tetap sadar.
·         Kita perlu tahu cara mengendalikan otot-otot rahim, cara membuat otot-otot ini lebih rileks, sehingga ibu hamil tak perlu merasakan nyeri tambahan saat melahirkan. Kita bisa melatihnya dan dengan cara ini, tidak memberikan ketegangan tambahan pada otot. Latihan yang kita perlukan adalah latihan yang akan merilekskan proses kontraksi dan menyelaraskannya dengan sistem otot tubuh dan pikiran.

Seni Bernapas Saat Bersalin
Menjelang masa persalinan, banyak ibu yang telah berlatih pernapasan. Namun, masih ada sebagian kecil ibu yang tidak tahu pentingnya cara bernapas dalam  proses persalinan. Dan, meskipun banyak yang telah melatihnya, kadang kala mereka lupa dan gagal menerapkan cara bernapas yang baik saat bersalin.
Selain itu, saat melahirkan, biasanya ibu menghasilkan banyak karbondioksida di dalam aliran darahnya, yang mengurangi pasokan oksigen untuk bayi.
Jadi, sekarang kita tahu bahwa bernapas secara teratur dan rileks bukan hanya akan menghasilkan proses persalinan yang nyaman, tetapi juga meningkatkan pasokan oksigen bagi bayi. Dengan demikian, kita sebaiknya tidak mengabaikan dampak negatif yang timbul dari rasa panik dan stres, seperti turunnya kadar oksigen dalam darah, saat persalinan sedang berlangsung.
Cara bernapas benar-benar berkaitan langsung dengan pengaturan kondisi tubuh ibu yang sedang bersalin. Jika ibu sanggup menyelaraskan kontraksi rahim dengan pernapasan yang teratur, tak pelak lagi ia akan dapat merasakan kebahagiaan dan kenyamanan saat melahirkan.
Sayangnya, banyak ibu hamil yang berpikir bahwa proses kelahiran itu sekadar proses mengejan dan mendorong bayi keluar sehingga hanya dua hal inilah yang terus-menerus menjadi pusat perhatian. Padahal, cara bernapas juga berpengaruh besar bagi lancarnya proses kelahiran.
Seperti yang sebagian ibu telah ketahui, pada tahap akhir pembukaan lengkap biasanya timbul kontraksi yang sangat kuat. Tepat di sinilah para ibu akan memetik hasil latihan pernapasan mereka. Setelah menjalani latihan ritme dan sinkronisasi pernapasan, bukan tidak mungkin proses kelahiran buah hati Anda akan berjalan mulus.
Rasa sakit itu, jangan ditahan. Setiap kali rasa sakit itu datang, sambutlah dengan pernapasan yang teratur dan pikirkan keadaan-keadaan yang dapat menenangkan Anda. Pernapasan yang teratur akan mencukupkan pasokan oksigen bagi ibu dan bayinya. Rasanya tidak berlebihan bila hal ini kembali dibahas, mengingat  pentingnya hal ini sementara banyak wanita yang tanpa disadari bernapas pendek-pendek dan cepat saat sedang bersalin. Barangkali pada saat itu hanya separuh dada atas yang terisi oksigen, padanal bayi di dalam kandungan mendapatkan oksigennya dari darah ibu. Belum lagi, selama persalinan otot-otot rahim berkontraksi dengan kuat sehingga dibutuhkan lebih banyak oksigen daripada biasanya. Tak heran, kekurangan oksigen akan membuat detak jantung ibu berpacu lebih cepat, segera kehabisan napas, dan cepat lelah.
Jadi, jelaslah bahwa ibu yang sedang melahirkan sebaiknya tidak menahan napas untuk menahan nyeri kontraksi. Untuk itu, kita perlu melatih pernapasan agar kita mampu bernapas teratur kendati pendek-pendek, dan mampu mengembuskan napas panjang dan dalam pada akhirnya setiap kontraksi, guna mengompensasi napas pendek kita lakukan saat kontraksi kuat datang. Manfaat pernapasan yang teratur tak hanya terbatas pada ketahanan yang lebih baik,tetapi juga membuat ibu tidak mudah panik dan lebih mampu berkonsentrasi pada keteraturan pernapasannya. Pernapasan itu sendm berkaitan erat dengan emosi, rasa takut, frustrasi, atau bahkan kemarahan. Jadi, jika emosi kita mulai tidak stabil, bernapaslah dengan teratur untuk menenangkan diri.

Hipnosis untuk Persalinan (HypnoBirthing)
Semua perempuan di dunia ini tumbuh dengan pengetahuan bahwa melahirkan itu amat menyakitkan. Dan, itu memang benar. Melahirkan memang merupakan proses yang dari sananya menyakitkan. Sayangnya, banyak perempuan yang merasa sakit lebih parah daripada seharusnya karena terpengaruh oleh rasa panik dan stres. Hal ini lazim dikenal sebagai konsep rasa takut-tegang-nyeri (fear-tension-pain concept), yakni rasa takut yang memicu ketegangan/kepanikan yang membuat otot-otot kaku, dan akhirnya menyebabkan rasa sakit. Bayangkan suatu persalinan dengan rasa sakit yang minimal atau bahkan tanpa rasa sakit. Itu bukanlah hal yang  tidak mungkin apabila kita telah melatih relaksasi HypnoBirthing.
HypnoBirthing merupakan metode alami yang digunakan untuk menghilangkan rasa takut, panik, tegang, dan tekanan-tekanan lain yang menghantui ibu dalam proses persalinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger